Tren Fashion 2025: Kontribusi Industri Mode terhadap Ekonomi Kreatif Indonesia
Tahun 2025 menjadi momentum keemasan bagi industri mode Indonesia. Di tengah kebangkitan ekonomi pasca-pandemi, digitalisasi yang masif, dan kesadaran global akan keberlanjutan, fashion tidak lagi dipandang sekadar sebagai ekspresi estetika, melainkan sebagai penggerak utama ekonomi kreatif nasional. Dari perancang ternama hingga UMKM tenun di pelosok Nusantara, industri mode kini menyatu dalam ekosistem yang menggabungkan warisan budaya, inovasi teknologi, dan nilai-nilai hijau.
Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), subsektor fashion menyumbang 18,7% terhadap PDB ekonomi kreatif Indonesia pada 2025—menjadikannya kontributor terbesar kedua setelah kuliner. Artikel ini mengupas secara komprehensif tren fashion 2025, transformasi industri mode, serta dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, pemberdayaan masyarakat, dan posisi Indonesia di peta mode global.
Lanskap Industri Mode Indonesia 2025
Industri mode Indonesia kini mencakup lebih dari 1,2 juta pelaku usaha, mulai dari:
- Perancang busana (desainer)
- Pengrajin tekstil tradisional (tenun, batik, songket)
- Produsen garmen skala menengah
- UMKM fashion digital
- Platform e-commerce dan fashion tech
Nilai ekspor produk mode—termasuk batik, tenun, modest fashion, dan aksesori—mencapai USD 2,4 miliar pada periode Januari–September 2025, naik 22% YoY (BKIPM, 2025). Sementara itu, pasar domestik tumbuh 14,3%, didorong oleh konsumsi kelas menengah muda dan penetrasi digital.
Tren Fashion Dominan di 2025
1. Modest Fashion yang Mendunia
Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dunia, menjadi episentrum modest fashion global. Tren 2025 menunjukkan:
- Desain yang minimalis, multifungsi, dan berbahan breathable
- Integrasi tekstil tradisional (batik tulis, lurik, tapis Lampung) ke dalam hijab dan outerwear modern
- Kolaborasi antara desainer seperti Dian Pelangi, Anniesa Hasibuan, dan Ria Miranda dengan brand global (H&M, Uniqlo)
Modest fashion kini bukan hanya untuk Muslimah, tetapi juga diminati komunitas non-Muslim yang menghargai kesopanan, kenyamanan, dan estetika universal.
2. Sustainable & Slow Fashion
Kesadaran lingkungan mendorong pergeseran dari fast fashion ke slow fashion:
- Penggunaan bahan organik (katun organik, linen, rayon dari bambu)
- Pewarna alami dari daun jati, kunyit, dan indigo
- Model bisnis pre-order dan made-to-order untuk mengurangi limbah
Brand seperti Sejauh Mata Memandang, SukkhaCitta, dan Pakai menjadi pelopor fashion berkelanjutan yang diakui di Paris dan Tokyo Fashion Week.
3. Digital Fashion dan Metaverse Integration
Teknologi mengubah cara konsumen berinteraksi dengan fashion:
- NFT fashion: Koleksi digital dari desainer Indonesia dijual di platform seperti TokyoNFT dan OpenSea
- Virtual try-on: Fitur AR di e-commerce (Shopee, Tokopedia) memungkinkan konsumen “mencoba” baju secara virtual
- Fashion show hybrid: Jakarta Fashion Week 2025 digelar secara fisik dan virtual, dihadiri 50.000 penonton online dari 40 negara
4. Penguatan Identitas Budaya Lokal
Tren 2025 menekankan kebanggaan terhadap kekayaan budaya Nusantara:
- Motif tenun Ikat Sumba, songket Palembang, dan ulos Batak menjadi elemen utama koleksi ready-to-wear
- Program “Satu Desa Satu Motif” oleh Kemendag berhasil melestarikan 327 motif tekstil daerah
- Kolaborasi antara desainer dan komunitas adat menciptakan ekonomi inklusif di daerah 3T
Kontribusi terhadap Ekonomi Kreatif Nasional
1. Penyerapan Tenaga Kerja Skala Masif
Industri mode menyerap lebih dari 3,5 juta tenaga kerja langsung dan tidak langsung, termasuk:
- 1,8 juta pengrajin tekstil tradisional (85% perempuan)
- 900.000 penjahit dan operator garmen
- 400.000 pelaku UMKM fashion digital
- 350.000 pekerja di sektor pendukung (logistik, fotografi, konten kreator)
Program “Fashionpreneur Academy” oleh Kemenparekraf telah melatih 120.000 UMKM dalam desain, branding, dan pemasaran digital sepanjang 2025.
2. Penguatan Ekspor dan Devisa
Produk mode Indonesia semakin diminati di pasar global:
- Batik tulis diekspor ke Jepang, Korea, dan Eropa sebagai barang koleksi
- Modest wear menembus pasar Timur Tengah, Turki, dan Amerika Serikat
- Aksesori berbahan alam (anyaman rotan, manik-manik Kalimantan) menjadi favorit di toko etnik Eropa
Ekspor mode berkontribusi 3,2% terhadap total ekspor non-migas, dengan margin keuntungan rata-rata 40–60%—jauh di atas komoditas mentah.
3. Pendorong Pariwisata dan Diplomasi Budaya
Fashion menjadi soft power Indonesia:
- Jakarta Fashion Week dan Bali Fashion Week menarik buyer internasional dan wisatawan kelas atas
- Koleksi busana berbasis budaya ditampilkan dalam acara diplomatik di luar negeri
- Program “Fashion Tourism” mengajak turis mengunjungi sentra tenun di NTT, batik di Solo, dan songket di Sumatera
Transformasi Digital: UMKM Mode Go Online
Digitalisasi menjadi kunci pertumbuhan:
- 87% UMKM fashion kini berjualan di e-commerce atau media sosial
- Platform seperti Instagram, TikTok Shop, dan WhatsApp Business menjadi toko utama
- Fintech menyediakan pembiayaan mikro berbasis data penjualan digital
Contoh sukses: UMKM “Tenun Khas Alor” di NTT meningkatkan omzet 300% setelah mengikuti pelatihan live selling di TikTok.
Tantangan yang Masih Ada
Meski prospek cerah, industri mode menghadapi hambatan:
- Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Motif tradisional sering ditiru tanpa izin, merugikan pengrajin asli. - Keterbatasan Akses Modal dan Teknologi
UMKM di daerah sulit mengakses mesin jahit digital atau software desain. - Persaingan dari Impor Fast Fashion
Produk murah dari Tiongkok dan Vietnam membanjiri pasar melalui e-commerce. - Kurangnya Standardisasi Kualitas
Variasi kualitas membuat produk sulit menembus pasar premium global.
Peran Kebijakan Pemerintah
Pemerintah memperkuat dukungan melalui:
- Perpres No. 72/2024 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya
- Insentif pajak bagi UMKM fashion yang ekspor dan gunakan bahan lokal
- Pendaftaran HKI gratis untuk motif tekstil tradisional
- Pusat Inkubasi Fashion Digital di 10 kota besar
Proyeksi 2026–2030: Menuju Pusat Mode Berkelanjutan ASEAN
Jika tren berlanjut, Indonesia diproyeksikan:
- Menjadi pusat modest fashion dan sustainable fashion ASEAN
- Meningkatkan ekspor mode menjadi USD 5 miliar/tahun pada 2030
- Menciptakan 5 juta lapangan kerja di sektor mode
- Mengembangkan “Indonesian Fashion Index” sebagai acuan global
Kesimpulan
Tren fashion 2025 bukan hanya soal gaya, tetapi cerminan transformasi ekonomi, budaya, dan teknologi Indonesia. Industri mode telah membuktikan dirinya sebagai salah satu pilar terkuat ekonomi kreatif—mengangkat martabat pengrajin desa, mengglobalisasi warisan budaya, dan menciptakan nilai ekonomi berkelanjutan.
Dengan kombinasi otentisitas budaya, inovasi digital, dan komitmen keberlanjutan, industri mode Indonesia tidak hanya mengikuti tren dunia, tetapi menciptakan tren baru yang berakar pada jati diri Nusantara. Di tengah tantangan global, fashion menjadi bukti bahwa kreativitas lokal bisa menjadi kekuatan ekonomi nasional yang tangguh dan berdaulat.

