20, Okt 2025
Kilau Ekspor Perhiasan Indonesia 2025: Kontributor Baru Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Di balik kilau emas, berlian, dan batu mulia yang memikat mata dunia, tersembunyi kekuatan ekonomi baru yang sedang naik daun di Indonesia: industri perhiasan. Tahun 2025 menjadi momentum bersejarah bagi sektor ini, bukan hanya sebagai bagian dari industri kreatif, tetapi sebagai kontributor signifikan dalam pertumbuhan ekspor non-migas dan penguatan ekonomi nasional.

Dengan memadukan kekayaan sumber daya alam—seperti emas, perak, dan batu akik Nusantara—dengan keahlian pengrajin lokal dan sentuhan desain kontemporer, Indonesia kini menembus pasar global perhiasan mewah dan fashion jewelry. Artikel ini mengupas bagaimana sektor perhiasan, yang dulu dianggap sebagai usaha skala kecil, kini menjelma menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi.


Profil Industri Perhiasan Indonesia: Dari Pengrajin Lokal ke Pasar Global

Industri perhiasan Indonesia didominasi oleh usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta sentra kerajinan yang tersebar di berbagai daerah:

  • Jawa Barat (Cirebon, Tasikmalaya): pusat kerajinan perak dan emas tradisional
  • Jawa Tengah (Yogyakarta, Solo): pengrajin perhiasan berbasis budaya Jawa dan batu akik
  • Bali: terkenal dengan desain etnik-modern yang diminati pasar Eropa dan AS
  • Kalimantan & Sulawesi: penghasil batu mulia seperti zamrud, safir, dan opal lokal

Lebih dari 120.000 pengrajin terlibat langsung dalam rantai pasok industri ini, dengan 70% di antaranya adalah perempuan—menjadikan sektor ini juga sebagai pendorong pemberdayaan gender.


Kinerja Ekspor Perhiasan 2025: Angka yang Mengesankan

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan hingga kuartal III 2025:

  • Nilai ekspor perhiasan (emas, perak, batu mulia, dan imitasi): USD 1,82 miliar
  • Pertumbuhan YoY: +31% dibanding 2024
  • Kontribusi terhadap total ekspor non-migas: 1,7% (naik dari 1,1% pada 2022)
  • Volume ekspor: Lebih dari 420 ton produk jadi

Negara tujuan utama ekspor perhiasan Indonesia pada 2025:

  • Amerika Serikat (28%) – pasar fashion jewelry dan perhiasan etnik
  • Uni Eropa (24%) – terutama Prancis, Italia, dan Jerman untuk koleksi artisanal
  • Timur Tengah (18%) – permintaan tinggi untuk emas 22–24 karat
  • Jepang & Korea Selatan (12%) – minat pada perhiasan minimalis berbahan perak dan batu akik
  • Australia & Singapura (9%) – sebagai hub distribusi ke pasar Asia-Pasifik

Yang menarik, ekspor perhiasan berbasis batu akik Nusantara tumbuh 47% YoY, menandai kebangkitan “gemstone diplomacy” Indonesia di pasar global.


Faktor Pendorong Pertumbuhan Ekspor Perhiasan 2025

1. Desain yang Unik dan Berakar pada Budaya Lokal

Perhiasan Indonesia tidak hanya menawarkan bahan berkualitas, tetapi juga narasi budaya—motif kawung, ukiran Bali, tenun emas Minang, hingga filosofi batu akik Nusantara. Desain ini sangat diminati konsumen global yang mencari keaslian dan keberlanjutan budaya.

Kolaborasi antara pengrajin dan desainer muda melalui program “Craft x Design” oleh Bekraf (kini di bawah Kemenparekraf) telah menghasilkan koleksi yang laris di pameran internasional seperti Baselworld (Swiss) dan JCK Las Vegas.

2. Sertifikasi Emas dan Perak yang Transparan

Penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Emas (SVLE) dan standar LBMA (London Bullion Market Association) untuk emas olahan telah meningkatkan kepercayaan pasar global. PT Aneka Tambang (Antam) dan UMKM mitra kini mampu mengekspor emas batangan dan perhiasan dengan jaminan asal-usul yang jelas—penting di era ESG (Environmental, Social, Governance).

3. Digitalisasi dan E-Commerce Global

Platform seperti Etsy, Amazon Handmade, Alibaba Craft, dan Tokopedia Export membuka akses langsung bagi pengrajin ke konsumen global. Program “Go Global UMKM” oleh Kementerian Koperasi dan UKM telah melatih lebih dari 8.000 pelaku usaha perhiasan dalam pemasaran digital lintas negara.

4. Kebijakan Fiskal dan Insentif Ekspor

Pemerintah memberikan insentif berupa:

  • Pembebasan bea masuk bahan baku impor untuk produksi ekspor
  • Restitusi PPN dipercepat bagi eksportir perhiasan
  • Kemudahan ekspor melalui National Single Window (INSW)

Langkah ini mengurangi biaya logistik dan mempercepat waktu pengiriman—faktor krusial dalam industri berbasis tren.

5. Promosi Diplomasi Budaya dan Pariwisata

Perhiasan Indonesia menjadi bagian dari kampanye “Wonderful Indonesia” di luar negeri. Duta besar dan konsulat kerap menggunakan perhiasan lokal dalam acara resmi, sementara wisatawan mancanegara membawa pulang perhiasan sebagai souvenir bernilai tinggi—efek “tourism-to-export” yang nyata.


Dampak Ekonomi: Lebih dari Sekadar Kilau

1. Kontribusi terhadap PDB dan Devisa

  • Sektor perhiasan menyumbang 0,28% terhadap PDB nasional pada 2025.
  • Jika dihitung bersama industri kreatif terkait (fesyen, kerajinan), dampak total mencapai 0,6% PDB.
  • Devisa USD 1,82 miliar setara dengan 1,2% total devisa dari sektor UMKM.

2. Penyerapan Tenaga Kerja dan Pemberdayaan Lokal

  • Menyerap lebih dari 250.000 tenaga kerja langsung dan tidak langsung
  • Meningkatkan pendapatan pengrajin rata-rata 35–50% sejak 2022
  • Mendorong regenerasi pengrajin muda melalui program vokasi di SMK dan politeknik

3. Penguatan Ekonomi Daerah

Di sentra seperti Tasikmalaya dan Singaraja (Bali), pertumbuhan ekonomi daerah didorong oleh ekspor perhiasan:

  • UMKM perhiasan di Tasikmalaya mencatatkan ekspor USD 120 juta pada 2025
  • Desa Wisata Perak Celuk di Bali kini mengekspor 60% produksinya ke luar negeri

Tantangan yang Perlu Diatasi

Meski prospek cerah, sektor ini menghadapi sejumlah hambatan:

  1. Keterbatasan akses bahan baku emas dan batu mulia berkualitas akibat regulasi pertambangan yang ketat
  2. Persaingan ketat dari Thailand, India, dan Italia yang memiliki branding global lebih kuat
  3. Kurangnya sertifikasi internasional (seperti Kimberley Process untuk berlian)
  4. Ketergantungan pada platform e-commerce asing, yang memotong margin keuntungan
  5. Ancaman pemalsuan desain di pasar global tanpa perlindungan HKI yang memadai

Strategi ke Depan: Menuju “Luxury Brand” Asal Indonesia

Untuk mempertahankan momentum, pemerintah dan pelaku usaha perlu:

  • Membangun “Indonesian Jewelry Brand” sebagai label kolektif global, seperti “Swiss Made” untuk jam tangan
  • Memperkuat pelatihan desain dan teknologi manufaktur (CAD/CAM, 3D printing) di balai latihan kerja
  • Mendorong kemitraan antara UMKM dan merek global melalui skema OEM/ODM
  • Mengembangkan klaster industri perhiasan terpadu di Bali, Jawa Barat, dan Yogyakarta
  • Memperluas perlindungan HKI internasional untuk desain khas Nusantara

Penutup: Kilau yang Menopang Ekonomi

Ekspor perhiasan Indonesia di tahun 2025 bukan sekadar cerita tentang emas dan batu berharga—melainkan kisah tentang kreativitas, ketahanan budaya, dan kekuatan ekonomi mikro yang menyatu menjadi kekuatan makro. Di tengah transformasi ekonomi digital dan hijau, perhiasan menjadi bukti bahwa nilai estetika dan warisan budaya bisa menjadi aset ekonomi strategis.

Dengan dukungan kebijakan yang tepat, kolaborasi multisektor, dan kebanggaan terhadap identitas lokal, kilau perhiasan Indonesia tidak hanya akan bersinar di etalase toko di Paris atau New York—tetapi juga di neraca perdagangan, di desa-desa pengrajin, dan di masa depan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan