Ekspor Mebel Custom sebagai Penggerak UMKM dan Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia 2025
Di tengah transformasi ekonomi global yang semakin berbasis nilai tambah, kreativitas, dan keberlanjutan, Indonesia menemukan salah satu kekuatan ekonominya dalam sektor mebel custom. Tahun 2025 menjadi titik balik penting, di mana ekspor mebel custom tidak hanya menjadi komoditas dagang, tetapi juga mesin penggerak UMKM dan penyerap tenaga kerja yang masif di berbagai wilayah Indonesia.
Berbeda dengan mebel massal, furniture custom—yang diproduksi berdasarkan permintaan spesifik konsumen dengan desain unik, material pilihan, dan sentuhan tangan pengrajin—menawarkan margin keuntungan lebih tinggi dan daya saing berbasis budaya lokal. Hal ini membuka peluang besar bagi usaha kecil dan menengah untuk menembus pasar internasional secara langsung, sekaligus menciptakan lapangan kerja yang inklusif dan berkelanjutan.
Artikel ini mengupas secara mendalam bagaimana ekspor mebel custom pada tahun 2025 telah menjadi pilar penting dalam pemberdayaan UMKM dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
1. Profil Industri Mebel Custom Indonesia 2025
Industri mebel Indonesia didominasi oleh UMKM, yang menyumbang lebih dari 85% dari total pelaku usaha di sektor ini. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM (2025), terdapat sekitar 185.000 unit usaha mebel di seluruh Indonesia, dengan 62% di antaranya memproduksi furniture custom atau semi-custom.
Sentra utama industri ini tersebar di:
- Jepara (Jawa Tengah) – dikenal sebagai “Kota Ukir”
- Cirebon dan Jatiwangi (Jawa Barat)
- Bali – dengan sentuhan estetika tropis dan spiritual
- Sukoharjo dan Boyolali (Jawa Tengah)
- Kalimantan Timur dan Sulawesi – yang mulai berkembang berkat ketersediaan bahan baku berkelanjutan
Pada 2025, ekspor mebel custom mencapai USD 980 juta, naik 18% dibanding 2024, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 14% sejak 2022.
2. Mebel Custom sebagai Penggerak UMKM
a. Akses Langsung ke Pasar Global
Dengan munculnya platform digital seperti Etsy, Alibaba, Amazon Handmade, dan Indonesia Export Marketplace (IEM), UMKM mebel kini bisa menjual produk langsung ke konsumen luar negeri tanpa perantara. Ini meningkatkan margin keuntungan hingga 30–50% dibanding sistem distribusi tradisional.
Contoh nyata:
- “Jepara Craft Studio”, sebuah UMKM dengan 12 pengrajin, berhasil mengekspor 40 set meja makan custom ke California pada awal 2025 melalui Etsy, dengan omzet mencapai Rp 1,2 miliar dalam satu pesanan.
- Di Bali, komunitas pengrajin perempuan “Bamboo & Soul” mengekspor rak dan meja berbahan bambu ke Jepang dan Skandinavia, didukung pelatihan ekspor dari Kemenkop UKM.
b. Peningkatan Kapasitas dan Literasi Digital
Program seperti “UMKM Go International” dan “Digitalisasi Sentra Mebel” yang digagas pemerintah pusat dan daerah telah melatih lebih dari 45.000 pelaku UMKM mebel pada 2025 dalam hal:
- Desain digital (menggunakan SketchUp, AutoCAD)
- Manajemen pesanan internasional
- Pemahaman regulasi ekspor (SVLK, EUDR)
- Pemasaran melalui media sosial dan e-commerce
Hasilnya, 73% UMKM mebel custom kini memiliki website atau toko daring, dan 58% telah melakukan ekspor minimal sekali dalam 12 bulan terakhir.
c. Kolaborasi Ekosistem
Kemitraan antara UMKM, desainer muda, inkubator bisnis, dan platform logistik (seperti JNE Export, SiCepat Global) menciptakan ekosistem yang saling mendukung. Di Jepara, misalnya, terbentuk Jepara Furniture Innovation Hub, yang menyediakan co-working space, studio desain 3D, dan layanan ekspor terpadu.
3. Kontribusi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Sektor mebel custom menjadi salah satu penyerap tenaga kerja terbesar di sektor manufaktur non-tekstil. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2025:
- Total tenaga kerja langsung di sektor mebel mencapai 1,92 juta orang
- 72% di antaranya bekerja di unit usaha skala mikro dan kecil
- 38% tenaga kerja adalah perempuan, terutama di bidang finishing, ukiran halus, dan administrasi pesanan
- Rata-rata upah bulanan pengrajin mebel custom mencapai Rp 3,8 juta, lebih tinggi 25% dibanding upah minimum kabupaten di daerah sentra
Selain tenaga kerja langsung, sektor ini juga menciptakan lapangan kerja tidak langsung di bidang:
- Logistik dan pengiriman internasional
- Produksi kemasan ekspor
- Jasa desain dan fotografi produk
- Pelatihan dan pendampingan UMKM
Di tingkat desa, ekspor mebel custom membantu mengurangi urbanisasi, karena generasi muda kini melihat potensi ekonomi di kampung halaman—menjadi pengrajin, desainer, atau pengelola toko daring.
4. Studi Kasus: Dampak Nyata di Tingkat Lokal
Kasus Jepara, Jawa Tengah
- Jumlah UMKM mebel: 12.500 unit
- Persentase yang ekspor: 41% (naik dari 22% pada 2021)
- Penyerapan tenaga kerja: 185.000 orang
- Rata-rata pertumbuhan pendapatan rumah tangga pengrajin: +28% per tahun sejak 2022
Pemerintah Kabupaten Jepara melaporkan penurunan angka kemiskinan dari 9,2% (2021) menjadi 6,1% (2025), sebagian besar disumbang oleh pertumbuhan ekspor mebel custom.
Kasus Bali
Komunitas pengrajin di Ubud dan Gianyar mengembangkan furniture berbasis bambu dan rotan dengan sentuhan seni Bali. Melalui program “Bali Sustainable Craft”, mereka mengekspor ke Jerman, Denmark, dan Australia. Lebih dari 300 perempuan kini terlibat dalam produksi, dengan pendapatan bulanan rata-rata Rp 4,2 juta.
5. Tantangan dan Solusi Strategis
Meski berdampak positif, UMKM mebel custom masih menghadapi hambatan:
| Akses pembiayaan terbatas | ProgramKUR Ekspor Mebeldengan bunga 3% dan plafon hingga Rp 500 juta |
| Kurangnya sertifikasi legalitas kayu | Pelatihan SVLK gratis dan pendampingan oleh Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) |
| Kompleksitas logistik ekspor | Kolaborasi denganIndonesia National Single Window (INSW)untuk percepatan dokumen |
| Persaingan global | Fokus padaniche market: eco-friendly, handmade, dan cultural storytelling |
6. Rekomendasi Kebijakan ke Depan
Untuk memperkuat peran ekspor mebel custom sebagai penggerak UMKM dan penyerap tenaga kerja, diperlukan:
- Perluasan akses pembiayaan ekspor melalui LPDB-KUMKM dan LPEI dengan skema berbasis proyek.
- Pembangunan “Pusat Layanan Ekspor Mebel” di setiap sentra utama, lengkap dengan studio desain, laboratorium uji, dan kantor bea cukai.
- Integrasi kurikulum vokasi di SMK dengan kebutuhan industri mebel modern (desain digital, ekspor, keberlanjutan).
- Promosi internasional melalui diplomasi ekonomi, termasuk partisipasi aktif di pameran desain global seperti Milan Design Week dan ICFF New York.
Penutup
Ekspor mebel custom pada tahun 2025 bukan hanya kisah tentang kayu, pahat, dan ukiran—ia adalah kisah tentang pemberdayaan, inklusi, dan harapan ekonomi bagi jutaan keluarga di Indonesia. Dari gubuk kecil di Jepara hingga studio desain di Ubud, UMKM mebel custom membuktikan bahwa produk lokal bisa bersaing di pasar global, sekaligus menciptakan lapangan kerja yang bermartabat dan berkelanjutan.
Dengan dukungan kebijakan yang pro-UMKM, investasi dalam inovasi, dan penguatan kolaborasi ekosistem, sektor ini berpotensi menjadi model pembangunan ekonomi berbasis komunitas yang bisa direplikasi di sektor lain.
Seperti kata pepatah Jawa: “Saben jaman ana jamane.” Di era 2025, jamannya adalah saat pengrajin lokal menjadi wirausahawan global—dan mebel custom adalah kendaraannya.

