12, Nov 2025
Edward Jenner: Bapak Imunologi dan Penemu Vaksin Pertama di Dunia

Nama Edward Jenner (1749–1823) tercatat sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh dalam sejarah kedokteran.
Ia dikenal sebagai penemu vaksin cacar (smallpox vaccine) — vaksin pertama di dunia — yang menjadi tonggak lahirnya imunologi modern dan menyelamatkan jutaan nyawa di seluruh dunia.

Penemuannya tidak hanya mengubah arah ilmu kedokteran, tetapi juga membuktikan bahwa pencegahan penyakit lebih efektif daripada pengobatan.
Atas jasanya, Jenner dijuluki sebagai “Bapak Imunologi” (Father of Immunology).


Kehidupan Awal

Edward Jenner lahir pada 17 Mei 1749 di Berkeley, Gloucestershire, Inggris.
Ayahnya adalah seorang pendeta, sehingga Jenner tumbuh dalam keluarga terdidik dan religius.
Sejak kecil, ia menunjukkan ketertarikan terhadap alam dan sains, khususnya anatomi dan biologi.

Pada usia 14 tahun, Jenner menjadi magang dokter bedah di bawah bimbingan Dr. Daniel Ludlow di kota Sudbury.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan di St George’s Hospital, London, di mana ia belajar kedokteran di bawah John Hunter, seorang ahli anatomi dan ahli bedah terkenal.

Hunter dikenal karena pendekatannya yang eksperimental dan ilmiah terhadap kedokteran, dan nasihatnya yang terkenal kepada Jenner adalah:

“Don’t think, try.”
(Jangan hanya berpikir, tapi cobalah.)

Kalimat ini kelak menjadi prinsip hidup Jenner dalam melakukan eksperimen medisnya.


Latar Belakang Penemuan: Wabah Cacar

Pada abad ke-18, penyakit cacar (smallpox) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.
Cacar disebabkan oleh virus Variola major, dengan tingkat kematian mencapai 30–50%, dan yang selamat sering mengalami buta atau cacat permanen.

Sebelum vaksin ditemukan, masyarakat menggunakan metode variolasi — yaitu menginfeksi seseorang dengan nanah cacar ringan agar tubuhnya kebal terhadap infeksi berikutnya.
Namun, metode ini sangat berisiko karena sering menyebabkan penyakit parah atau kematian.

Di wilayah pedesaan Inggris, Jenner memperhatikan sebuah fenomena menarik:
Para pemerah susu sapi (milkmaids) yang pernah tertular penyakit cowpox — penyakit ringan yang menyerang sapi — ternyata tidak pernah terkena cacar manusia.

Ia menduga bahwa infeksi cowpox memberikan kekebalan terhadap smallpox, dan inilah yang menjadi dasar hipotesisnya.


Eksperimen Vaksinasi Pertama (1796)

Pada 14 Mei 1796, Jenner melakukan eksperimen bersejarah yang kemudian mengubah dunia.

Langkah-langkah Eksperimennya:

  1. Ia mengambil nanah dari luka cowpox pada tangan seorang pemerah susu bernama Sarah Nelmes.
  2. Cairan tersebut kemudian disuntikkan ke lengan seorang anak laki-laki berusia 8 tahun, James Phipps.
  3. Anak tersebut mengalami gejala ringan selama beberapa hari — demam dan lemah — tetapi kemudian sembuh.
  4. Beberapa minggu kemudian, Jenner menyuntikkan virus smallpox kepada anak yang sama.
    Hasilnya, James Phipps tidak tertular cacar.

Eksperimen ini membuktikan bahwa paparan cowpox dapat melindungi seseorang dari smallpox.

Jenner menamakan proses ini “vaccination”, dari kata Latin vacca, yang berarti sapi.


Publikasi dan Penolakan Awal

Pada 1798, Jenner menerbitkan temuannya dalam buku berjudul:
📘 “An Inquiry into the Causes and Effects of the Variolae Vaccinae”
(Penelitian tentang Penyebab dan Efek dari Cacar Sapi).

Meskipun penemuannya revolusioner, Jenner sempat menghadapi skeptisisme dan penolakan dari komunitas medis pada masa itu.
Sebagian orang menganggap ide menyuntikkan bahan dari sapi ke tubuh manusia sebagai tidak etis dan berbahaya, bahkan muncul karikatur yang menggambarkan orang tumbuh tanduk setelah divaksinasi.

Namun, seiring waktu, bukti ilmiah semakin kuat — vaksinasi terbukti aman dan efektif.
Metode Jenner kemudian menyebar ke seluruh Inggris, Eropa, dan akhirnya ke seluruh dunia.


Penyebaran Global Vaksin

Setelah keberhasilan di Inggris, vaksinasi cepat menyebar berkat dukungan pemerintah dan ilmuwan lainnya.

  • Pada 1800, vaksin Jenner digunakan di berbagai negara Eropa.
  • Pada 1803, Ekspedisi Balmis — misi kemanusiaan yang disponsori Raja Spanyol Charles IV — membawa vaksin Jenner ke Amerika Latin, Filipina, dan Asia.
  • Vaksinasi kemudian menjadi program kesehatan masyarakat pertama di dunia.

Pada 1979, lebih dari 180 tahun setelah eksperimen Jenner, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) secara resmi mengumumkan bahwa penyakit cacar telah diberantas dari muka bumi — satu-satunya penyakit manusia yang berhasil dimusnahkan sepenuhnya.


Kontribusi Ilmiah Lain

Selain penemuannya tentang vaksin cacar, Edward Jenner juga berkontribusi di bidang ilmu pengetahuan lain:

  1. Penelitian tentang burung kukuk (cuckoo bird)
    Jenner adalah ilmuwan pertama yang menjelaskan secara ilmiah perilaku anak burung kukuk yang mendorong telur lain keluar dari sarang — salah satu temuan penting dalam etologi (ilmu perilaku hewan).
    Temuannya diterbitkan dalam Philosophical Transactions of the Royal Society (1788).
  2. Penelitian medis umum
    Ia juga menulis beberapa karya tentang penyakit jantung, infeksi pernapasan, dan penggunaan digitalis sebagai obat.

Kehidupan Pribadi

Jenner menikah dengan Catherine Kingscote pada tahun 1788, dan mereka memiliki tiga anak.
Ia dikenal sebagai sosok yang sederhana, rendah hati, dan dermawan.

Meskipun karyanya membuatnya terkenal di seluruh dunia, Jenner tidak mencari kekayaan atau penghargaan pribadi.
Ia tetap tinggal di desa kelahirannya di Berkeley, membantu warga miskin dengan memberikan pengobatan gratis.


Penghargaan dan Pengakuan

Jenner menerima berbagai penghormatan atas jasanya:

  • 🏅 Anggota Royal Society (FRS)
    — atas kontribusinya dalam bidang ilmu alam.
  • 🏛️ Dianugerahi gelar kehormatan oleh berbagai universitas di Inggris dan Eropa.
  • 🕊️ Monumen dan patung untuk mengenang Jenner didirikan di London, Gloucester, dan banyak kota di dunia.

Bahkan Napoleon Bonaparte, yang awalnya musuh Inggris, memerintahkan seluruh pasukannya untuk divaksinasi dan memberikan perlindungan khusus kepada keluarga Jenner sebagai tanda penghormatan.


Akhir Kehidupan

Edward Jenner meninggal dunia pada 26 Januari 1823, di rumahnya di Berkeley, Inggris, pada usia 73 tahun.
Ia dimakamkan di gereja St. Mary’s Church, tidak jauh dari tempat ia lahir.

Warisan ilmiahnya terus hidup — tidak hanya dalam dunia kedokteran, tetapi juga dalam setiap program imunisasi modern di seluruh dunia.


Warisan dan Pengaruh

Penemuan Jenner menandai awal dari era vaksinasi dan imunologi — salah satu tonggak paling penting dalam sejarah umat manusia.

Beberapa pengaruh besarnya:

  1. Lahirnya imunologi modern
    — Konsep sistem kekebalan tubuh pertama kali dipahami melalui eksperimen Jenner.
  2. Dasar bagi vaksin lain
    — Metode vaksinasi Jenner menjadi inspirasi bagi penemuan vaksin untuk penyakit lain seperti rabies, polio, dan COVID-19.
  3. Pemberantasan cacar (smallpox eradication)
    — Bukti nyata bahwa satu penemuan dapat menyelamatkan jutaan nyawa.

Hingga kini, setiap vaksin yang diberikan di seluruh dunia merupakan cerminan langsung dari warisan Edward Jenner.


Kutipan Terkenal

“The joy I felt as the prospect before me of being the instrument destined to take away from the world one of its greatest calamities.”
Edward Jenner

(“Betapa bahagianya aku, karena mungkin akulah alat yang ditakdirkan untuk menghapus salah satu bencana terbesar umat manusia.”)


Kesimpulan

Edward Jenner adalah contoh nyata bagaimana pengamatan sederhana dapat mengubah sejarah umat manusia.
Dengan keberanian, ketelitian, dan keyakinannya pada metode ilmiah, ia menemukan vaksin pertama di dunia dan membuka jalan bagi ilmu imunologi yang menyelamatkan jutaan jiwa.

Warisan Jenner membuktikan bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya meningkatkan pengetahuan manusia — tetapi juga menyelamatkan peradaban.
Dari seorang dokter desa sederhana di Inggris, Jenner menjadi pahlawan kemanusiaan yang pengaruhnya masih terasa di setiap vaksinasi anak di dunia hingga hari ini.

Tinggalkan Balasan