7, Nov 2025
Dr. Felix Hoffmann: Penemu Aspirin dan Pelopor Revolusi Farmasi Modern

Nama Dr. Felix Hoffmann mungkin tidak sepopuler ilmuwan lain seperti Alexander Fleming atau Louis Pasteur, tetapi jasanya telah menyentuh kehidupan hampir semua orang di dunia. Ia adalah ahli kimia asal Jerman yang dikenal sebagai penemu Aspirin (asam asetilsalisilat) — salah satu obat paling terkenal, paling banyak digunakan, dan paling berpengaruh dalam sejarah dunia kedokteran.

Selain Aspirin, Hoffmann juga berperan dalam penemuan dan sintesis heroin (diacetilmorfin), meskipun temuan ini kemudian menimbulkan kontroversi besar. Dengan dua penemuan tersebut, Felix Hoffmann menandai awal era farmasi modern, di mana senyawa kimia dapat dimodifikasi untuk menghasilkan efek terapeutik yang lebih aman dan efektif.


Kehidupan Awal

Felix Hoffmann lahir pada 21 Januari 1868 di Ludwigsburg, Kerajaan Württemberg, Jerman. Ayahnya adalah seorang pengusaha, dan keluarganya tergolong kelas menengah yang terdidik.

Sejak kecil, Hoffmann menunjukkan minat besar terhadap ilmu alam dan kimia. Ia sering melakukan percobaan sederhana di rumahnya dan tertarik pada cara bahan kimia dapat memengaruhi tubuh manusia.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, Hoffmann melanjutkan studi ke Universitas Ludwig Maximilian di München (LMU Munich), salah satu universitas terbaik di Jerman pada masa itu. Di sana, ia belajar kimia organik di bawah bimbingan ilmuwan ternama seperti Adolf von Baeyer, yang kelak meraih Hadiah Nobel Kimia (1905).

Pada tahun 1893, Hoffmann memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia dengan disertasi tentang sintesis bahan kimia aromatik.


Karier di Bayer dan Latar Belakang Penemuan

Setelah lulus, Hoffmann bergabung dengan perusahaan farmasi Friedr. Bayer & Co. (sekarang dikenal sebagai Bayer AG) di Elberfeld, Jerman.
Pada waktu itu, Bayer baru mulai mengembangkan divisi kimia farmasi, dan Hoffmann bekerja di bawah pimpinan Arthur Eichengrün, kepala bagian riset kimia.

Masalah Kesehatan Ayahnya

Kisah penemuan terbesar Hoffmann berawal dari hal yang sangat pribadi. Ayahnya menderita radang sendi kronis (arthritis) dan sering mengonsumsi asam salisilat, senyawa yang dikenal mampu meredakan nyeri dan demam.
Namun, obat ini memiliki efek samping serius: sangat mengiritasi lambung dan menyebabkan nyeri hebat pada pencernaan.

Hoffmann pun mencari cara untuk mengurangi efek samping asam salisilat tanpa menghilangkan khasiatnya.


Penemuan Aspirin (1897)

Pada 10 Agustus 1897, Felix Hoffmann berhasil mensintesis senyawa murni asam asetilsalisilat (acetylsalicylic acid / ASA) dalam bentuk stabil dan dapat digunakan secara medis.

Senyawa ini memiliki sifat:

  • Mengurangi nyeri (analgesik),
  • Menurunkan demam (antipiretik),
  • Mengurangi peradangan (antiinflamasi),
  • Dan lebih lembut di lambung dibandingkan asam salisilat biasa.

Penemuan ini menjadi terobosan besar. Bayer kemudian mematenkan dan memasarkan obat tersebut dengan nama “Aspirin” — gabungan dari:

  • Huruf “A” dari acetyl, dan
  • Kata “Spir” dari Spiraea ulmaria (tanaman meadowsweet), yang mengandung salisin alami.

Pada tahun 1899, Aspirin resmi diluncurkan ke pasar global sebagai obat analgesik dan antipiretik pertama yang diproduksi secara industri.


Dampak Global Aspirin

Keajaiban Medis Abad ke-20

Aspirin dengan cepat menjadi obat rumahan paling populer di dunia. Pada awal abad ke-20, hampir setiap rumah di Eropa dan Amerika memiliki tablet Aspirin di lemari obat.

Obat ini terbukti efektif, murah, dan aman, sehingga digunakan untuk berbagai kondisi:

  • Sakit kepala, nyeri sendi, demam, flu, hingga penyakit jantung.
  • Pada dekade berikutnya, para peneliti menemukan bahwa dosis rendah Aspirin dapat mencegah pembekuan darah, sehingga digunakan untuk mencegah serangan jantung dan stroke.

Warisan Ilmiah

Penemuan Hoffmann menandai lahirnya era obat sintetis modern, di mana senyawa alami dapat diubah secara kimi

Tinggalkan Balasan