Diophantus: Sang Bapak Aljabar dari Alexandria
Dalam sejarah matematika, sedikit tokoh yang memiliki pengaruh sebesar Diophantus dari Alexandria.
Ia hidup pada masa abad ke-3 Masehi dan dikenal sebagai pelopor aljabar simbolik serta orang pertama yang secara sistematis mempelajari persamaan dengan solusi bilangan rasional dan bulat — bidang yang kini dikenal sebagai Aritmetika Diophantine (Diophantine Arithmetic).
Karyanya, terutama buku legendaris Arithmetica, menjadi fondasi bagi perkembangan aljabar dan teori bilangan.
Bahkan lebih dari 1.200 tahun kemudian, karyanya menginspirasi ilmuwan besar seperti Pierre de Fermat, Leonhard Euler, dan Carl Friedrich Gauss.
Kehidupan Awal
Informasi tentang kehidupan pribadi Diophantus sangat terbatas, dan sebagian besar hanya berasal dari catatan-catatan para ilmuwan Yunani dan Arab kuno.
Ia diperkirakan hidup di Alexandria, Mesir, sekitar 200–284 Masehi, pada masa ketika kota itu menjadi pusat ilmu pengetahuan di dunia Mediterania.
Sumber utama tentang kehidupannya justru berasal dari epitaf (tulisan di batu nisan) yang berbentuk teka-teki matematika.
Teka-teki itu berbunyi:
“Tuhan memberikan separuh hidupnya sebagai masa kanak-kanak, sepertujuh berikutnya sebagai masa muda. Setelah lagi dua belas tahun, ia menikah; lima tahun kemudian, ia mendapat seorang anak.
Namun sayang, anak itu hidup hanya setengah dari usia ayahnya.
Empat tahun setelah kematian anaknya, Diophantus pun meninggal dunia.”
Jika teka-teki ini diselesaikan secara matematis, maka usia Diophantus adalah 84 tahun.
Meskipun kebenarannya diragukan, kisah ini menunjukkan betapa matematikanya begitu lekat dengan identitasnya — bahkan dalam legenda hidupnya sendiri.
Karya Terbesar: Arithmetica
Karya paling terkenal Diophantus adalah buku berjudul Arithmetica, yang terdiri dari 13 jilid (meskipun hanya 6 jilid yang bertahan hingga kini dalam bahasa Yunani, dan sebagian lagi dalam terjemahan Arab).
Isi dan Gagasan Utama
Dalam Arithmetica, Diophantus membahas cara menyelesaikan persamaan aljabar yang melibatkan bilangan rasional dan bulat.
Ia tidak hanya tertarik mencari apakah solusi ada, tetapi juga bagaimana menemukannya secara sistematis.
Beberapa hal penting dari karyanya:
- Penggunaan simbol matematika
Diophantus adalah orang pertama yang menggunakan notasi simbolik untuk menyederhanakan penulisan persamaan.
Misalnya, ia menandai jumlah yang tidak diketahui (seperti xxx) dengan simbol tertentu, dan memperkenalkan singkatan untuk pangkat serta operasi aritmetika.
Karena itu, ia sering dijuluki “Bapak Aljabar Simbolik”. - Konsep bilangan rasional dan negatif
Ia mengakui keberadaan bilangan rasional positif sebagai solusi, meskipun belum mengenal bilangan negatif atau nol seperti dalam aljabar modern. - Persamaan Diophantine
Ia memperkenalkan jenis persamaan yang kini dikenal sebagai persamaan Diophantine, yaitu persamaan dengan koefisien dan solusi berupa bilangan bulat.
Contohnya: x2+y2=z2x^2 + y^2 = z^2×2+y2=z2 yang dikenal sebagai Persamaan Pythagoras, termasuk dalam jenis ini. - Metode umum penyelesaian
Ia menggunakan pendekatan metode analitik — menebak bentuk umum dari solusi, lalu memeriksa apakah hasilnya benar.
Ini adalah dasar dari metode analisis dalam aljabar modern.
Kontribusi terhadap Matematika
Pengaruh Diophantus tidak hanya terbatas pada zamannya, tetapi juga meluas ke masa Renaissance dan era modern.
Berikut beberapa kontribusi utamanya:
1. Peletak Dasar Aljabar
Sebelum Diophantus, matematika Yunani didominasi oleh geometri (seperti karya Euclid dan Archimedes).
Diophantus mengubah arah itu dengan memperkenalkan pendekatan simbolik dan numerik, yang kemudian menjadi dasar aljabar.
2. Awal Teori Bilangan
Karya Arithmetica menjadi fondasi bagi teori bilangan — cabang matematika yang mempelajari sifat-sifat bilangan bulat.
Konsep-konsep seperti solusi bilangan bulat, rasionalitas, dan kesamaan bentuk kuadrat semuanya bermula dari ide-ide Diophantus.
3. Inspirasi bagi Fermat
Sekitar abad ke-17, matematikawan Prancis Pierre de Fermat membaca terjemahan Arithmetica karya Diophantus.
Di tepi salah satu halamannya, Fermat menulis catatan terkenal:
“Aku telah menemukan bukti yang sungguh menakjubkan untuk pernyataan ini, tetapi ruang di pinggir halaman ini terlalu sempit untuk menuliskannya.”
Catatan itu dikenal sebagai “Fermat’s Last Theorem”, yang baru berhasil dibuktikan oleh Andrew Wiles pada tahun 1994, lebih dari 350 tahun kemudian.
Tanpa Arithmetica, teorema terkenal itu mungkin tidak akan pernah ada.
4. Pengaruh pada Aljabar Arab dan Eropa
Karya Diophantus diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad ke-9 oleh ilmuwan seperti Qusta ibn Luqa dan Thābit ibn Qurra.
Melalui terjemahan inilah gagasan Diophantus memengaruhi ilmuwan besar Islam seperti Al-Khwarizmi, yang kemudian memperkenalkan istilah “al-jabr” (asal kata “algebra”).
Gaya Berpikir dan Metode
Diophantus tidak hanya memberikan solusi, tetapi juga menjelaskan cara berpikir logis dan analitik dalam memecahkan masalah matematika.
Beberapa ciri khas pendekatannya adalah:
- Abstraksi tinggi – Ia tidak terikat pada angka tertentu, tetapi berpikir dalam bentuk variabel dan persamaan umum.
- Logika sistematis – Setiap langkah memiliki dasar matematis yang dapat diulang dan diuji.
- Pengenalan simbol aljabar – Ia menggunakan singkatan dan simbol untuk mempercepat penalaran — sesuatu yang menjadi dasar bagi notasi modern seperti x,y,zx, y, zx,y,z.
Dengan metode ini, Diophantus menjadi perintis penggunaan simbolisme dalam matematika, mendahului ilmuwan Eropa seperti François Viète dan René Descartes lebih dari 1.000 tahun.
Karya Lain yang Dinisbatkan
Selain Arithmetica, beberapa naskah lain dikaitkan dengan Diophantus, meskipun keasliannya masih diperdebatkan, antara lain:
- Porisms – kumpulan teorema dan hasil tambahan dari Arithmetica.
- Polygonal Numbers – tentang bilangan yang dapat disusun dalam bentuk geometris tertentu (segitiga, bujur sangkar, dsb).
Sayangnya, sebagian besar karya ini hilang seiring berjalannya waktu.
Warisan dan Pengaruh
Pengaruh Diophantus terasa hingga hari ini di berbagai bidang matematika dan sains:
- Aljabar dan teori bilangan – Semua pembelajaran tentang persamaan bilangan bulat disebut “Diophantine equations”.
- Ilmu komputer dan kriptografi – Banyak sistem keamanan digital bergantung pada teori bilangan yang berasal dari ide Diophantus.
- Pendidikan matematika – Konsep simbolisme dan penalaran aljabar yang ia perkenalkan masih digunakan di seluruh dunia.
Para ilmuwan sering menyebutnya sebagai “Bapak Aljabar Modern”, berdampingan dengan Al-Khwarizmi, karena keduanya mengembangkan aspek berbeda dari aljabar:
Diophantus di bidang simbol dan teori bilangan, sedangkan Al-Khwarizmi di bidang metode sistematik dan algoritma.
Kutipan dan Penilaian
“Diophantus mengajarkan dunia bahwa matematika bukan hanya tentang angka, tetapi tentang cara berpikir.”
— Sir Thomas Heath, sejarawan matematika Inggris.
Heath, yang menerjemahkan Arithmetica ke bahasa Inggris pada awal abad ke-20, menyebut Diophantus sebagai “pelopor yang mengangkat matematika dari seni perhitungan menjadi ilmu penalaran.”
Kesimpulan
Diophantus dari Alexandria adalah salah satu tokoh paling penting dalam sejarah matematika.
Ia memperkenalkan cara berpikir aljabar, sistem simbolik, dan konsep persamaan bilangan bulat yang menjadi inti dari teori bilangan modern.
Melalui karyanya Arithmetica, Diophantus meninggalkan warisan abadi yang terus menginspirasi ilmuwan selama lebih dari 1.700 tahun — dari Fermat hingga matematikawan modern yang memecahkan misteri-misteri bilangan.
Jika Euclid adalah arsitek geometri, maka Diophantus adalah arsitek aljabar — dua pilar yang menopang seluruh bangunan matematika modern hingga hari ini.

