Dari Daun ke Devisa: Kontribusi Ekspor Teh Premium terhadap Ekonomi Nasional 2025
Di balik hamparan kebun teh yang menghijau di lereng Gunung Slamet, dataran tinggi Gayo, atau perbukitan Ciwidey, tersembunyi potensi ekonomi yang kini mulai menunjukkan giginya di kancah global. Tahun 2025 menjadi titik balik historis bagi industri teh Indonesia: ekspor teh premium tidak lagi sekadar pelengkap neraca perdagangan, melainkan sumber devisa strategis yang memberikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Dari daun teh yang dipetik dengan tangan hingga dikemas dalam kemasan elegan bersertifikasi internasional, setiap tahap rantai nilai kini mengalirkan manfaat—mulai dari peningkatan pendapatan petani hingga penguatan cadangan devisa negara. Artikel ini mengupas secara komprehensif bagaimana ekspor teh premium menjadi salah satu pilar baru ekonomi hijau Indonesia di tengah transisi menuju ekspor bernilai tambah tinggi.
Profil Ekspor Teh Premium Indonesia 2025
Menurut data Kementerian Perdagangan dan Badan Pusat Statistik (BPS) per kuartal III 2025:
- Nilai ekspor teh premium mencapai USD 152 juta, meningkat 56% dibandingkan 2024.
- Volume ekspor mencapai 7.800 ton, dengan rata-rata harga ekspor USD 19,5/kg—jauh di atas harga teh konvensional (USD 2–3/kg).
- Negara tujuan utama: Jepang (28%), Jerman (22%), Amerika Serikat (15%), Uni Emirat Arab (12%), dan Korea Selatan (9%).
- Jenis teh dominan: teh organik (45%), teh oolong spesialitas (25%), teh putih (15%), dan blended tea herbal (15%).
Yang membedakan “teh premium” dari komoditas biasa adalah nilai tambah yang melekat padanya: sertifikasi keberlanjutan, proses artisanal, keterlacakan asal-usul (traceability), serta narasi budaya yang kuat.
Kontribusi Langsung terhadap Ekonomi Nasional
1. Penguatan Neraca Perdagangan dan Devisa
Ekspor teh premium memberikan kontribusi langsung terhadap peningkatan surplus neraca perdagangan non-migas. Pada 2025, sektor ini menyumbang USD 152 juta devisa, setara dengan Rp 2,38 triliun (asumsi kurs Rp 15.650/USD). Angka ini mungkin kecil dibandingkan ekspor CPO atau nikel, namun pertumbuhannya sangat eksponensial—dan yang terpenting, berkelanjutan serta ramah lingkungan.
2. Diversifikasi Ekspor Non-Migas
Indonesia selama ini dikenal sebagai pengekspor komoditas primer. Namun, teh premium membuktikan bahwa produk pertanian bernilai tambah tinggi bisa menjadi andalan baru. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam RPJMN 2025–2029 yang menekankan transformasi ekonomi berbasis sumber daya lokal dan ekonomi hijau.
3. Peningkatan Penerimaan Negara
Melalui bea keluar, pajak ekspor (meski sebagian besar teh premium bebas pajak ekspor), dan PPh dari eksportir UMKM, sektor ini menyumbang lebih dari Rp 120 miliar ke kas negara sepanjang 2025—angka yang terus meningkat seiring ekspansi pasar.
Dampak Ekonomi Mikro: Kesejahteraan Petani dan Desa
Kontribusi ekspor teh premium tidak hanya terasa di tingkat makro, tetapi juga mengubah wajah ekonomi pedesaan:
- Pendapatan petani naik 2–4 kali lipat. Jika dulu petani menerima Rp 5.000–7.000/kg untuk daun teh biasa, kini mereka bisa menjual daun teh organik berkualitas premium seharga Rp 25.000–40.000/kg.
- Koperasi tumbuh pesat: Lebih dari 120 koperasi petani teh kini berstatus eksportir langsung, menghindari perantara dan memperbesar margin keuntungan.
- Perempuan desa terlibat aktif: Di banyak sentra, perempuan menjadi pengolah teh, pengepak, hingga pengelola media sosial untuk pemasaran digital.
- Agrowisata berkembang: Desa-desa penghasil teh premium seperti Malino (Sulawesi), Lembang (Jawa Barat), dan Takengon (Aceh) kini menjadi destinasi wisata edukatif, menambah sumber pendapatan masyarakat.
“Dulu anak-anak kami harus merantau ke kota. Sekarang, mereka pulang dan bikin brand teh sendiri. Kami ekspor ke Singapura,” kata Ibu Lestari, petani teh di Ciwidey.
Strategi yang Mengakselerasi Keberhasilan
Keberhasilan ini tidak datang begitu saja. Ia dibangun melalui sinergi kebijakan dan inisiatif strategis:
- Program Sertifikasi Terjangkau
Kementan dan Kemenkop UKM menyediakan bantuan teknis dan pendanaan untuk sertifikasi organik, fair trade, dan food safety (HACCP, ISO 22000). - Pusat Unggulan Teh Premium
Tiga pusat pengembangan—di Aceh, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan—dibangun sebagai klaster terintegrasi: budidaya, pengolahan, pelatihan, dan showroom ekspor. - Kemitraan Publik-Swasta (KPS)
Kolaborasi dengan perusahaan logistik (seperti J&T Express dan DHL), platform e-commerce (Tokopedia Global, Shopee International), dan lembaga keuangan (Bank BNI, Mandiri) mempermudah akses pasar dan pembiayaan. - Branding Nasional “Indonesian Premium Tea”
Kampanye global melalui diplomasi budaya, festival kuliner, dan konten digital telah menempatkan teh Indonesia sebagai simbol kualitas dan keberlanjutan.
Tantangan dan Rekomendasi Kebijakan
Meski prospek cerah, tantangan struktural masih ada:
- Keterbatasan skala produksi karena dominasi lahan kecil (<1 hektar per petani).
- Kurangnya riset varietas unggul tahan iklim.
- Persaingan harga dari negara produsen teh besar seperti India dan Sri Lanka.
Untuk itu, diperlukan:
✅ Penguatan kelembagaan petani melalui koperasi modern berbasis digital
✅ Insentif fiskal bagi UMKM eksportir teh premium
✅ Integrasi riset pertanian-teknologi untuk meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan kualitas
✅ Ekspansi ke pasar emerging seperti Tiongkok, Arab Saudi, dan Skandinavia
Penutup: Daun Teh sebagai Aset Strategis Nasional
Teh premium Indonesia pada 2025 bukan lagi komoditas biasa—ia adalah aset strategis yang menyatukan kearifan lokal, inovasi, dan nilai global. Dari daun hijau di kebun pedesaan hingga devisa yang masuk ke rekening negara, setiap langkah dalam rantai pasok kini memberikan manfaat ganda: ekonomi dan ekologis.
Jika dikelola dengan visi jangka panjang, teh premium berpotensi menjadi salah satu pilar utama ekspor non-migas Indonesia di masa depan, sekaligus membuktikan bahwa pembangunan ekonomi bisa berjalan seiring dengan pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat.
Seperti secangkir teh yang hangat dan menenangkan, kontribusi sektor ini mungkin tak selalu gembar-gembor—namun dampaknya nyata, mendalam, dan berkelanjutan.

