24, Okt 2025
Peran Ekspor Mebel Custom dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2025

Di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah, Indonesia terus mencari sektor-sektor unggulan yang mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu sektor yang menunjukkan tren positif dan berkelanjutan adalah industri mebel dan furniture custom. Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya sebagai pemain utama di pasar ekspor mebel global—khususnya dalam segmen custom furniture yang bernilai tinggi.

Ekspor mebel custom tidak hanya mencerminkan keunggulan desain dan keterampilan pengrajin lokal, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan, mulai dari peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja, hingga penguatan ekosistem UMKM. Artikel ini mengulas secara komprehensif peran ekspor mebel custom dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2025.


1. Potensi Pasar Global untuk Mebel Custom Asal Indonesia

Permintaan global terhadap furniture yang unik, personalisasi, dan berkelanjutan terus meningkat—terutama di pasar Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Timur Tengah. Konsumen modern kini lebih menghargai produk yang tidak hanya fungsional, tetapi juga mencerminkan identitas dan nilai estetika pribadi. Di sinilah keunggulan mebel custom Indonesia berada.

Indonesia memiliki kekayaan bahan baku kayu berkualitas tinggi (seperti jati, mahoni, dan sonokeling), ditambah dengan keahlian tangan pengrajin yang turun-temurun. Kombinasi ini memungkinkan industri mebel lokal menciptakan produk bespoke yang kompetitif di pasar internasional, baik dari segi harga maupun kualitas.

Menurut data Kementerian Perindustrian RI (2025), ekspor mebel Indonesia mencapai USD 2,3 miliar pada semester I tahun 2025—naik 12% dibanding periode yang sama tahun 2024. Sekitar 35% dari total ekspor tersebut berasal dari segmen furniture custom.


2. Kontribusi terhadap Devisa dan Neraca Perdagangan

Ekspor mebel custom menjadi salah satu sumber devisa non-migas yang kian strategis. Dengan nilai tambah yang tinggi, produk custom furniture mampu menghasilkan margin keuntungan lebih besar dibanding mebel massal. Hal ini berdampak langsung pada peningkatan pendapatan negara dari sektor perdagangan luar negeri.

Selain itu, ekspor mebel juga membantu memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Di tengah tekanan defisit neraca berjalan akibat impor energi, sektor manufaktur bernilai tambah seperti mebel menjadi penyeimbang yang penting. Pemerintah melalui program Indonesia Furniture Development Program (IFDP) terus mendorong peningkatan kapasitas ekspor, terutama untuk produk berbasis desain dan keberlanjutan.


3. Penguatan UMKM dan Penyerapan Tenaga Kerja

Lebih dari 70% pelaku industri mebel di Indonesia adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ekspor mebel custom memberikan akses langsung bagi UMKM untuk menembus pasar global melalui platform digital seperti Alibaba, Etsy, dan Amazon Handmade, serta pameran internasional seperti Imm Cologne (Jerman) dan Salone del Mobile (Italia).

Dampak ekonomi mikro juga sangat nyata:

  • Penyerapan tenaga kerja di sektor ini mencapai 1,8 juta orang pada 2025 (BPS, 2025), termasuk pengrajin, desainer, logistik, hingga pemasaran.
  • Peningkatan pendapatan rumah tangga di sentra-sentra industri mebel seperti Jepara, Cirebon, Bali, dan Sukoharjo.
  • Pemberdayaan perempuan melalui pelatihan desain dan manajemen usaha berbasis ekspor.

4. Inovasi, Teknologi, dan Keberlanjutan sebagai Kunci Daya Saing

Tahun 2025 menandai transformasi digital yang masif di sektor mebel. Banyak pengrajin mulai mengadopsi teknologi seperti 3D modeling, augmented reality (AR) untuk visualisasi desain, dan sistem ERP untuk manajemen produksi. Hal ini mempercepat proses customisasi dan meningkatkan akurasi sesuai permintaan klien internasional.

Selain itu, isu keberlanjutan menjadi faktor penentu dalam ekspor. Indonesia kini gencar menerapkan sertifikasi legalitas kayu (SVLK) dan mempromosikan penggunaan kayu daur ulang atau bahan alternatif seperti rotan, bambu, dan limbah industri. Pendekatan ini tidak hanya memenuhi regulasi ekspor Uni Eropa (seperti EUDR), tetapi juga meningkatkan citra produk Indonesia sebagai eco-friendly luxury furniture.


5. Tantangan dan Rekomendasi Kebijakan

Meski prospek cerah, sektor ekspor mebel custom masih menghadapi tantangan, antara lain:

  • Keterbatasan akses pembiayaan bagi UMKM.
  • Kompleksitas regulasi ekspor dan standar internasional.
  • Persaingan ketat dari Vietnam, Malaysia, dan Tiongkok.

Untuk itu, pemerintah perlu:
✅ Memperluas akses pembiayaan ekspor melalui LPEI (Indonesia Eximbank).
✅ Memperkuat pelatihan desain dan literasi digital bagi pengrajin.
✅ Membangun Indonesia Furniture Export Hub terintegrasi di kawasan industri strategis.
✅ Mendorong kolaborasi antara desainer, pengrajin, dan platform e-commerce global.


Penutup

Ekspor mebel dan furniture custom bukan sekadar bisnis kerajinan—ia adalah mesin pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis kearifan lokal. Di tahun 2025, sektor ini membuktikan bahwa Indonesia mampu bersaing di pasar global melalui kombinasi kreativitas, keahlian tangan, dan inovasi.

Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, ekspor mebel custom berpotensi menjadi salah satu pilar utama ekonomi Indonesia di masa depan—mengukir bukan hanya kayu, tetapi juga masa depan bangsa.

Tinggalkan Balasan