Lonjakan Penjualan Motor di 2025: Kebangkitan Pasar Otomotif Roda Dua
Tahun 2025 menjadi saksi kebangkitan luar biasa dalam industri sepeda motor di Indonesia. Setelah masa stagnasi pasca-pandemi dan tekanan ekonomi global, penjualan motor—baik konvensional maupun listrik—mengalami lonjakan signifikan. Data terbaru dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat penjualan domestik mencapai 6,8 juta unit hingga kuartal III 2025, naik 18,5% dibanding periode yang sama tahun 2024.
Lonjakan ini bukan sekadar pemulihan permintaan, melainkan hasil dari konvergensi berbagai faktor: kebijakan pemerintah yang pro-industri, adopsi teknologi digital dalam pemasaran dan distribusi, serta percepatan transisi ke kendaraan listrik. Artikel ini mengupas secara mendalam penyebab, dampak, dan proyeksi keberlanjutan lonjakan penjualan motor di Indonesia pada tahun 2025.
Faktor Pendorong Lonjakan Penjualan
1. Pemulihan Ekonomi dan Daya Beli Masyarakat
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di kisaran 5,1% (BPS, Q2 2025) mendorong peningkatan daya beli masyarakat, terutama di segmen menengah-bawah—kelompok utama pengguna sepeda motor. Inflasi yang terkendali (3,2% year-on-year) dan lapangan kerja yang membaik turut memperkuat kepercayaan konsumen untuk melakukan pembelian besar, termasuk kendaraan bermotor.
2. Insentif Pemerintah untuk Motor Listrik
Pemerintah memperpanjang dan memperluas insentif untuk kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB) melalui revisi Perpres No. 55/2019 dan Peraturan Menteri Keuangan No. 124/2024. Beberapa insentif kunci yang berlaku sepanjang 2025 antara lain:
- Pembebasan PPN 11% untuk motor listrik dengan TKDN ≥40%
- Subsidi langsung hingga Rp7 juta per unit melalui program “Motor Listrik untuk Rakyat”
- Pembebasan pajak kendaraan bermotor (PKB) selama 2 tahun di sejumlah provinsi
Hasilnya, penjualan motor listrik melonjak 142% year-on-year, mencapai 520.000 unit hingga September 2025—melebihi target awal pemerintah sebesar 500.000 unit.
3. Digitalisasi Penjualan dan Layanan Purna Jual
Produsen motor seperti Honda, Yamaha, Suzuki, dan merek lokal Volta, Gesits, serta Smoot telah mengadopsi platform digital secara masif. Fitur seperti:
- Pembelian online dengan simulasi kredit instan
- Booking servis via aplikasi
- Pengiriman motor ke rumah (home delivery)
- Garansi digital dan notifikasi perawatan otomatis
telah meningkatkan kenyamanan konsumen, terutama generasi muda (usia 17–35 tahun) yang kini menjadi mayoritas pembeli motor baru.
Menurut survei Jakpat (Agustus 2025), 68% pembeli motor pertama kali melakukan riset dan transaksi awal melalui platform digital.
4. Kebutuhan Mobilitas Pasca-Pandemi
Meski mobilitas telah normal, pola transportasi pribadi tetap dominan. Banyak masyarakat memilih motor karena:
- Fleksibilitas di tengah kemacetan perkotaan
- Biaya operasional lebih rendah dibanding mobil
- Aksesibilitas ke daerah terpencil
Selain itu, pertumbuhan ekonomi digital—terutama ojek online, layanan pesan-antar, dan UMKM berbasis mobile—meningkatkan permintaan motor sebagai alat produksi.
Segmentasi Pasar: Siapa yang Membeli Motor di 2025?
| Motor Konvensional | ~87% (5,93 juta unit) | Dominasi skutik 110–125cc; permintaan stabil di daerah |
| Motor Listrik | ~8% (520 ribu unit) | Pertumbuhan eksponensial; didominasi usia 17–30 tahun |
| Motor Sport & Adventure | ~5% | Naik 12% YoY; tren gaya hidup dan touring |
Menariknya, motor listrik mulai menembus pasar tier-2 dan tier-3, seperti Malang, Palembang, dan Makassar, berkat harga yang semakin kompetitif (mulai dari Rp16 juta) dan jaringan SPKLU yang diperluas.
Dampak Ekonomi dan Industri
1. Peningkatan Produksi dan Ekspor
Industri otomotif roda dua mencatat utilisasi pabrik rata-rata 89% pada 2025, tertinggi sejak 2019. Produsen seperti Astra Honda Motor dan Yamaha Indonesia bahkan menambah shift kerja dan membuka lini produksi baru.
Ekspor juga meningkat, terutama motor listrik ke Vietnam, Filipina, dan Bangladesh, mencapai 185.000 unit (naik 65% YoY).
2. Penguatan Rantai Pasok Lokal
Kebijakan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) mendorong pemasok lokal seperti AISI, Indoparts, dan KTB untuk memproduksi komponen motor listrik—termasuk motor penggerak, inverter, dan rangka ringan. Ini mengurangi ketergantungan impor dan menciptakan nilai tambah domestik.
3. Transformasi Tenaga Kerja
Industri motor kini membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan baru: teknisi listrik, programmer BMS (Battery Management System), dan operator sistem digital. Program pelatihan oleh Kemenperin dan Kemnaker telah melatih lebih dari 45.000 pekerja sepanjang 2025.
Tantangan yang Masih Menghantui
Meski optimis, industri menghadapi beberapa tantangan:
- Keterbatasan infrastruktur pengisian di luar Pulau Jawa dan Bali
- Fluktuasi harga baterai lithium akibat dinamika pasar global
- Persaingan ketat antara merek global dan lokal
- Kekhawatiran konsumen tentang jangkauan (range) dan masa pakai baterai
Selain itu, lonjakan penjualan berpotensi meningkatkan kecelakaan lalu lintas jika tidak diimbangi edukasi keselamatan berkendara.
Proyeksi 2026 dan Keberlanjutan
Para analis memperkirakan pertumbuhan penjualan motor akan melambat menjadi 5–7% pada 2026, seiring normalisasi permintaan pasca-ledakan 2025. Namun, pangsa pasar motor listrik diproyeksikan mencapai 15–20% pada akhir 2026, didorong oleh:
- Penurunan biaya baterai (diprediksi turun 10–15% per tahun)
- Ekspansi SPKLU oleh PLN dan swasta (target: 25.000 unit pada 2026)
- Integrasi motor listrik dengan ekosistem energi terbarukan (surya, mikrogrid)
Kesimpulan
Lonjakan penjualan motor di 2025 bukan hanya cerminan pemulihan ekonomi, tetapi juga awal dari transformasi struktural dalam industri otomotif Indonesia. Di satu sisi, motor konvensional tetap menjadi tulang punggung mobilitas rakyat. Di sisi lain, motor listrik tumbuh pesat sebagai simbol komitmen terhadap energi bersih dan inovasi teknologi.
Keberhasilan berkelanjutan akan ditentukan oleh konsistensi kebijakan, investasi infrastruktur, dan kemampuan industri untuk beradaptasi dengan tuntutan zaman. Jika dikelola dengan bijak, momentum 2025 bisa menjadi fondasi bagi Indonesia sebagai pemain global dalam ekosistem kendaraan listrik roda dua.

